Cerpen 'Kang Sarpin' karya Ahmad Tohari - Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi sastra dalam analisis sebuah karya sastra merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk melakukan penelitian pada dunia civita akademik. Dalam melakukan analisis suatu karya sastra dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra, menggunakan dua kategori yang di antaranya adalah sosiologi pengarang dan sosiologi karya sastra.


Dari kedua kategori tersebut, maka Saya akan menerapkan ketiga hal tersebut ke dalam analisis cerpen ‘Kang Sarpin Minta Dikebiri’ karya Ahmad Tohari sebagai pemenuhan tugas e-learning mata kuliah Pengantar Kajian Sastra II.

Sosiologi Pengarang


Ahmad Tohari merupakan seorang sastrawan dan budayawan yang lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 13 Juni 1948. Karya sastranya yang cukup monumental adalah ‘Ronggeng Dukuh Paruh’ yang sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa hingga diangkat ke dalam film layar lebar yang berjudul ‘Sang Penari’. Ia pun pernah mengenyam bangku kuliah di Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedriman (1975-1976).
Tak sedikit tulisan-tulisan Ahmad Tohari yang menyinggung soal kemasyarakatan dan kebudayaan, bahkan ia pun juga sudah sering mendapat amanah sebagai pembicara diksusi dan seminar kebudayaan di berbagai tempat. Tak hanya sebagai sastrawan sosial, Ahmad Tohari pun juga pernah menjajal sebagai santri sebagai latar belakangnya.

Sosiologi Karya Sastra

Kang Sarpin Minta Dikebiri merupakan karya cerpen Ahmad Tohari yang mengangkat seorang tokoh dengan karakternya sebagai tokoh yang dibenci dan dikucilkan masyarakat di sebuah desa atau perkampungan. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Kang Sarpin yang mana tertera pada judulnya, walaupun diangkat melalui perwatakan, penggambaran hidup, dan sudut pandang ‘saya’ sebagai pencerita dari penggambaran tokoh Kang Sarpin.

Alur Sosial

Cerita dalam cerpen ‘Kang Sarpin Minta Dikebiri’ ini menceritakan seorang penjual beras yang bernama Kang Sarpin meninggal dunia. Namun ketika ia meninggal dunia, banyak warga yang tak bersedih akan peristiwa tersebut. Hal ini dikarenakan ketika semasa hidup Sarpin, ia sudah menjadi resah masyarakat yaitu suka bermain perempuan alias sudah puluhan perempuan tidur dengan Kang Sarpin.
Namun, di tengah cerita dalam cerpen terdapat alur mundur yang mana diceritakan oleh tokoh ‘Saya’ yang menceritakan apa yang terjadi pada Sarpin sebelum ia meninggal. Cerita itu adalah tobatnya Sarpin baha ia sudah tidak mau menjadi orang ‘gemblung’ lagi di mata masyarakat. Ia ingin menjadi orang bener saja. Namun, niat baiknya terhalang oleh hasratnya yang selalu muncul. Hingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk dikebiri agar hasratnya tidak muncul kembali agar menjadi orang yang baik.
Mendengar permintaan Sarpin, membuat tokoh ‘Saya’ sedikit termenung. Hingga di akhir cerita, ketika Kang Sarpin dimakamkan, sang ustazd pun bertanya, apakah Kang Sarpin orang yang baik, namun tidak ada yang menjawab seorang pun. Hingga pada akhirnya, tokoh ‘Saya’ menjawabnya setelah pertanyaan diulang dua kali, bahwa Kang Sarpin pun adalah orang baik.

Karakter Sosial

Kang Sarpin adalah seorang tokoh yang ‘kocak’ alias ‘gemblung’ di mata masyarakat. Ia adalah tokoh yang suka bermain perempuan, hingga dia menjadi buah bibir masyarakat. Sudah hampir puluhan wanita menjadi teman tidurnya. Walaupun Kang Sarpin memiliki pantangan bahwa ia enggan untuk tidur dengan perempuan yang masih bersuami. Kecuali ia janda, tua sekalipun ia mau.
Walau demikian, Kang Sarpin pun juga setia dengan istrinya yang mana ia juga memenuhi hasratnya kepada istrinya baik lahir maupun batin.
Garis besar secara sosial, tokoh Sarpin adalah tokoh yang selalu memiliki karakter manusia yang tidak bisa membendung nafsu dan hasratnya untuk tidur dengan perempuan. Ia selalu tidak bisa menahan dirinya dalam menjaga hasrat untuk tidur dengan perempuan. Hal inilah yang membuatnya menjadi buah bibir masyarakat dan timbul kebencian dalam masyarakat terhadap Sarpin. Hingga Sarpin matipun tak ada rasa duka sama sekali yang disyiratkan wara sekitar.

Kesimpulan

Jika ditarik kesimpulan, bahwa cerpen ‘Kang Sarpin Minta Dikebiri’ karya Ahmad Tohari memiliki latar belakang sosial yang sama dengan latar belakang sosial pengarangnya. Di mana dalam cerpen tersebut menjelaskan adanya dokter yang bisa memberikan solusi terbaik untuk pasiennya, hal ini ditunjukan pada latar belakang Ahmad Tohari yang pernah mengenyam bangku kuliah di Fakultas Kedokteran, dan juga adanya sisi nilai agama pada pemakamaman dan akhir cerita bahwa orang yang baik adalah Tuhanlah yang tahu. Hal ini dimungkinkan karena Ahmad Tohari memiliki latar belakang sebagai anak santri dulunya.

Garis besar dalam cerpen tersebut, jika diambil dari segi sosial atau kemasyarakatannya, baha kita tidak bisa menilai orang dari luarnya saja. Karena bisa saja ia memiliki niat dan hati yang baik dalam hidupnya yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanda Semiotik Puisi Sajak Putih karya Chairil Anwar

Kajian Sosiologi Novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja